makalah tanaman obat tradisional

MAKALAH
MANFAAT TANAMAN OBAT UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT

Disusun Oleh

Nama : Stella M Nikijuluw
NIM : 2007 – 40 – 085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat dan karuniaNyalah, penulisan makalah dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas penelitian dalam perkuliahan tahun 2013 dengan judul “Identifikasi Tanaman Obat Dan Persepsi Masyarakat Tentang Manfaatnya Di Desa Maloang Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian Barat”.
Sudah sejak ribuan tahun yang lalu pengobatan tradisional dengan penggunaan tanaman obat atau herbal telah ada di Indonesia. Hal ini didukung dengan kondisi bangsa Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan tersedianya tanaman yang demikian banyak. Kembali ke alam atau “ back to nature” merupakan salah satu upaya manusia untuk penyelarasan diri dengan kehidupan di alam.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis menghadirkan makalah manfaat tanaman obat untuk pengobatan penyakit. Penulis berharap agar pengobatan dengan menggunakan tanaman obat dapat membantu masyakat, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Semoga makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan.
Akhirnya, penulis menulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini di masa akan dating sangat penulis harapkan. Terima kasih.

Ambon, 20 Maret 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan obat merupakan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita, baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak turun-temurun, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat. Mengingat biaya pengobatan yang tidak terjangkau oleh semua orang, pengobatan alamiah tradisional dipandang sebagai alternative yang terjangkau oleh masyarakat (Bangun. A, 2012:7).
Krisis ekonomi yang merupakan bagian dari krisis di Indonesia menyebabkan tingginya biaya dan obat-obatan kimia. Tingginya biaya obat-obatan dan pengobatan dikarenakan sebagian besar bahan bakunya berasal dari Luar Negeri. Kondisi seperti ini mendorong masyarakat untuk mencari berbagai alternative untuk pengobatan. Salah satunya adalah pengobatan dengan tanaman obat (Mahendra, 2005).
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 20 % telah dibudidayakan lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Perkembangan argoindustri tanaman obat di Indonesia memiliki prospek yang baik. Faktor yang mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat tersebut diantaranya besarnya potensi kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia sebagai sumber bahan baku simplisia yang dapat diformulasikan menjadi obat tradisional (Siwabessy. R, 2009:1).
Bagian terbesar dari bahan baku obat yang berasal dari tumbuhan masih belum dibudidayakan sedangkan peluang untuk usaha agrobisnis sangat berpotensi meningkatkan peluang dan kemungkinan yang terbuka untuk produk obat. Untuk menunjang kelestarian lingkungan hidup dan menjamin suplai bahan baku bagi kebutuhan industri obat, maka perlu di kembangkan sistem budidaya tanaman obat sesuai dengan agroekosistem dalam budidaya tersebut, juga perlu diperhatikan kualitas produk bahan baku yang dihasilkan dan keaslian varietas (Supriadi, 2001).
Upaya departemen kesehatan dalam pemerataan kesehatan sudah cukup banyak, akan tetapi masih saja ada kalangan yang belum terjangkau terutama masyarakat di pelosok daerah atau masyarakat yang tingkat ekonominya rendah. Pendapatan masyarakat yang masih sangat rendah merupakan penyebab utama bagi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai tidak dapat terpenuhi. Dengan demikian peranan pengetahuan pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat sangat penting diketahui (Hamzari, 2008:159).
Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama. Oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang diperoleh lewat memori organisme yang hidup, sehingga persepsi adalah proses dimana seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya termasuk apa yang dialaminya misalnya suatu penyakit (Lekalete. D, 2012:1).
Pengembangan tumbuhan obat yang bersumber dari hutan dan kebun sudah selayaknya mendapat perhatian yang lebih besar, bukan saja disebabkan potensi pengembangan yang terus meningkat (Siwabessy. R, 2009).
Tanaman obat sering digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit yang diantaranya adalah antawali, meniran, ciplukan, sambung nyawa, dan mengkudu. Tanaman obat ini adalah tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah, ada yang tumbuh dengan sendiri, dan ada juga yang tumbuh liar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis pun menyusun makala dengan judul “ Manfaat tanaman obat untuk pengobatan penyakit”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusah masalah dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Jenis-jenis tanaman obat apa saja yang bisa digunakan oleh masyarakat?
2. Manfaat tanaman obat untuk masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui jenis-jenis tanaman obat yang digunakan.
2. Mengetahui manfaat tanaman obat bagi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tanaman Obat
Tanaman merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan dan secara fungsional tidak lagi dipandang sebagai bahan konsumsi maupun penghias saja, tetapi juga sebagai tanaman obat tradisional yang multifungsi (Bangun. A, 2012).
Tanaman obat tradisional adalah tanaman yang salah satu, beberapa atau seluruh bagian tanaman tersebut dipergunakan dan berkhasiat bagi kesehatan untuk berbagai penyembuhan penyakit (Rahadi, 2002).
Tanaman obat merupakan tanaman yang berkhasiat dan digunakan sebagai obat, dimana ketika secara naluriah manusia berupaya untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakitnya. Upaya itu tentu membuahkan hasil-hasil yang kemudian diturun temurunkan dari generasi ke generasi menjadi suatu sistem kesehatan dan pengobatan yang baku, begitulah terjadi selama berabad-abad, sejak masa sejarah sampai masa sejarah.
Tanaman obat adalah obat herbal yang telah digunakan secara turun temurun dan secara empiris terbukti efektifitasnya oleh masyarakat dan tercatat.
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan beraneka ragam tumbuhan atau tanaman. Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia memiliki tanah yang subur, sangat cocok sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam tanaman, dari berbagai macam jenis, spesies. Tanaman obat bersifat alami, efek sampingnya tidak sekeras efek samping obat-obat kimia moderen. Tubuh manusia secara lebih mudah menerima obat dari tanaman yang natural di bandingkan dengan obat kimiawi.
Penemuan obat-obat modern dewasa ini ternyata mendukung penggunaan obat tradisional yang dibuat dari tanaman obat. Nenek moyang bangsa Indonesia telah mewariskan kemampuan untuk menggunakan dan meramu tanaman-tanaman berkhasiat tersebut menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan adalah:
1. Antawali (Tinospora crispa)

Gambar 2.1 Antawali
Sumber: (Bangun. A, 2012:68).
Tumbuhan antawali merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di berbagai tempat di Indonesia, terutama di Jawa, Bali, dan Ambon. Dapat tumbuh di hutan, kebun, maupun halaman dekat pagar. Tumbuhan ini tumbuh pada ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan laut (Bangun. A, 2012:68).
a. Morfologi
Tumbuhan obat ini memanjat tinggi sampai di atas dan cenderung menutupi permukaan tanah. Batangnya sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat, sementara rasanya pahit. Berdaun tunggal, tangkai daun berbentuk seperti jantung, atau cenderung bundar telur berujung lancip, panjangnya 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. bunganya kecil warna hijau berbentuk tandan semu (Bangun. A, 2012:68).
b. Klasifikasi
Menurut Mahendra (2005), kedudukan tanaman antawali diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa
c. Tanaman sebagai obat alternatif
Tanaman antawali mempunyai kegunaan sebagai obat alternative untuk mengobati beberapa penyakit antara lain rematik, demam, kencing manis, kudis, luka, dan badan gatal-gatal (Bangun. A, 2012:70-71).
d. Cara Pemakaian
Menurut Bangun (2012:70-71), Dalam pengobatan alternative tumbuhan antawali ini digunakan untuk mengobati penyakit diantaranya:
1. Rematik
Ambil 1 batang antawali dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air hingga tersisa 21/2 gelas. Setelah dingin disaring, dan ditambahkan madu secukupnya lalu di minum setiap hari 3 kali 1/2 gelas.
2. Demam
Ambil batang antawali seukuran 2 jari, dicuci dan bersih, kemudian direbus dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Diminum denga madu secukupnya, sehari 2 kali 1/2 gelas.
3. Kencing Manis
Sepertiga genggam daun sambiloto, sepertiga genggam daun kumis kucing, 6 cm batang antawali. Semua bahan dicuci bersih dan dipotong-potong, lalu direbus dengan 3 gelas air hingga menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan, sehari 2 kali 1 gelas.
4. Kudis
Ambil batang antawali seukuran 3 jari, belerang sebesar kemiri. Semua bahan dicuci bersih dan ditumbuk halus, diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit yang terserang kudis sehari 2 kali.

5. Luka
Daun antawali ditumbuk dan tempelkan pada daerah yang luka, diganti 2 kali sehari. Atau cuci luka dengan rebusan batang antawali.
6. Badan Gatal-gatal
Rebuslah satu batang antawali seukuran sejengkal bersama beberapa liter air. Kemudian gunakan air rebusan tersebut untuk mandi.
2. Meniran (Phyllanthus niruri)

Gambar 2.2 Meniran
Sumber: (Bangun. A, 2012:276)
Tumbuhan meniran nama latinnya Phyllanthus urinaria untuk yang batangnya berwarna hijau kemerahan, sementara untuk yang berbatang warna coklat pucat dinamai Phyllanthus niruri (Bangun. A, 2012:276).
a. Morfologi
Tanaman maniran tergolong terna. Tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh subur di tempat lembab dan berbatu diantara rumput. Batang tanaman tidak bergetah, basah, berbentuk bulat, tinggi tanaman mencapai 50 cm, bercabang dan berwarna hijau muda (Siwabessy. R, 2009:9-10).
Batang berwarna hijau pucat, daun tunggal, letak berseling, helainan daun bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal bulat, permukaan bawah berbintik, tepi rata, panjang sekitar 1-5 cm, lebar sekitar 7 cm, berwarna hijau. Dalam satu tanaman ada bunga betina dan jantan. Bunga jantan keluar dibawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun. Buahnya kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm. bijinya kecil, keras berbentuk ginjal, berwarna coklat (Hutapea dan Syamsyuhidayat, 1991).
b. Klasifikasi
Menurut Sulaksana dan Iskandar (2004), kedudukan tanaman meniran diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri
c. Tanaman sebagai obat alternatif
Tanaman meniran mempunyai kegunaan sebagai obat alternative untuk mengobati beberapa penyakit antara lain radang ginjal, susah kencing, nyeri buang air kecil, batu ginjal, disentri, hepatitis, rabun senja, bisul di kelopak mata, rematik, digigit anjing gila, dan epilepsy (Bangun. A, 2012:277-279).
d. Cara Pemakaian
Menurut Bangun (2012:277-279), herbal ini berkhasiat untuk mengobati penyakit diantaranya:
1. Susah Kencing atau Disertai Sakit Perut atau Pinggang
Tanaman meniran yang segar sebanyak 7 gram, direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi 1 gelas. Air rebusan diminum sampai sebanyak 1/3 gelas.
2. Nyeri Buang Air Kecil
Bantang meniran berikut akarnya sebanyak 5 batang, dicuci dan direbus dengan 2 gelas air menjadi 1 gelas lalu diminum.
3. Batu Ginjal
Siapkan 1 sendok bubuk daun kumis kucing, 7 batang tanaman meniran lengkap dengan akarnya. Semua bahan direbus semua bahan direbus ke dalam 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas.air rebusan diminum sehari 3 kali sebanyak 1/3 gelas.
4. Bisul di Kelopak Mata
Air rebusan meniran dipakai untuk mencuci mata.
5. Digigit Anjing Gila
Herba meniran yang segar sebanyak 4-6 gram direbus, lalu air rebusan diminum. Tempeli luka dengan tanaman meniran yang telah digiling halus dicampur nasi.
6. Epilepsy
Daun meniran sebanyak 3/4 genggam, direbus dengan air sebanyak 5 gelas tinggal setengahnya. Minum 3 kali sehari sebanyak 3/¬4 gelas.
3. Ciplukan (physalis angulata)

Gambar 2.3 Ciplukan
Sumber: (Bangun. A, 2012:100)
Ciplukan merupakan tumbuhan semak semusim. Tempat yang sering ditumbuhinya biasanya tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek seperti pinggir-pinggir selokan, pinggiran kebun, dan lereng-lereng tebing sungai. Biasanya tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1.800 meter di atas permukaan laut (Bangun. A, 2012:100).
a. Morfologi
Ciplukan merupakan tumbuhan semak semusim tingginya kira-kira 1 meter, bentuk batangnya; berbulu sedikit berair, daunnya; tunggal bulat telur ujung runcing, tepi rata, permukaan berbulu, tangkai 9 cm, warna hijau. Buah bulat, diameter 14-18 mm, kelopak buah hijau, kuning. Bunga bewarna kuning. Biji bulat, pipih, kecil kuning. Akar tungang berwarna putih (Rehena. J. dkk, 2009:145).
b. Klasifikasi
Menurut Mahendra (2005), kedudukan tanaman ciplukan diklasifiksikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Physalis
Spesies : Physalis angulata
c. Tanaman sebagai obat alternatif
Tanaman ciplukan ini mempunyai manfaat untuk mengobati berbagai penyakit di antaranya influenza, sakit tenggorokan, batuk rejan (pertusis), bronchitis, gondongan (parotitis), pembengkakan buah pelir (orkitis), bisul, borok, kencing manis, sakit, paru-paru, ayan, dan pembengkakan prostat (Bangun. A, 2012:102-103).
d. Cara Pemakaian
Menurut Bangun (2012:102-103), herbal ini digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya:
1. Influenza, Sakit Tenggorokan, Batuk Rejan (Pertusis)
Ambil tanaman ciplukan sebanyak 9-15 gram dicuci bersih, lalu direbus.
2. Bisul
Daun ciplukan sebanyak 1/2 genggam dicuci bersih, lalu digiling halus, dan ditutupkan pada bisul dan sekelilingnya. Kemudian dibalut, diganti 2 kali sehari.

3. Borok
Daun ciplukan sebanyak 1/3 genggam dicuci bersih, lalu digiling halus, dan tambahkan kapur sirih secukupnya untuk borok. Diganti 2 kali sehari.
4. Kencing Manis (Diabetes Mellitus)
Ambil ciplukan dan dicuci bersih, lalu dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas, disaring lalu diminum.
4. Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

Gambar 2.4 Sambung Nyawa
Sumber: (Bangun. A, 2012:346).
Tanaman ini termasuk dalam family tumbuhan compositae. Tanaman sambung nyawa ini berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu (Bangun. A, 2012:352).
a. Morfologi
Daunnya tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tapi daun bertoreh dan berambut halus. Helaian daun panjang 3,5-12,5 cm, lebar 1-5,5 cm. helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda. Permukaan bawah lebih atau kurang ungu. Daun terletak di pangkal tangkai pada batang. Tumbuhan ini baik tumbuhnya pada daerah yang ketinggiannya 500-1200 m diatas permukaan laut. Banyak ditemukan di selokan, semak belukar, hutan terang dan padang rumput. Cara perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan setek batang. Pertumbuhan batang dan daun cepat sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman akan tumbuh baik pada tempat ternaungi dari sinar matahari (Bangun. A, 2012:352).
b. Klasifikasi
Adapun sistematika dalam klasifikasi tumbuhan Sambung nyawa adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Gynura
Species : Gynura procumberns
c. Tanaman sebagai obat alternatif
Tanaman sambung nyawa dapat digunakan sebagai obat alternative untuk beberapa penyakit yaitu untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi, radang pita tenggorokan, sinusitis, tumor, kencing manis, lever, ambeien, kolesterol tinggi, maag, dan kena bisa ulat atau semut hitam (Bangun. A, 2012:354-355).
d. Cara Pemakaian
Menurut Bangun (2012:354-355), herbal ini digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya:
1. Tekanan Darah Tinggi
Daun sambung nyawa yang segar yang segar sebanyak 4 lembar (untuk anak-anak) dan 7 lembar ( untuk dewasa), lalu dimakan mentah sehari sekali. Atau bisa juga dijus dan diminum atau dikukus sebentar dan dimakan, atau ditumis sebentar lalu dimakan sehari sekali.
2. Radang Pita Tenggorokan, Sinusitis
Daun sambung nyawa yang segar 4 lembar (untuk anak-anak) dan 7 lembar (untuk dewasa), lalu dicuci bersih untuk dimakan mentah sehari sekali.
3. Tumor
Daun sambung nyawa yang segar sebanyak 3 lembar, lalu dicuci bersih untuk dimakan sebagai lalapan setiap hari, dan dilalukan secara teratur setiap kali makan nasi, sehari sekali. Bisa juga dijus dan diminum. Pantangan : ikan asin, cabai, tauge, sawi putih, kangkung, nanas, lengkeng, es, alkohol, tape, minuman limun, dan vetsin.
4. Kencing Manis
Daun sambung nyawa yang segar sebanyak 3 lembar, lalu dicuci bersih untuk dimakan sebagai lalapan setiap hari, dan dilakukan secara teratur. Bisa juga dijus dan diminum. Pantangan : makanan yang manis-manis.
5. Lever
Daun sambung nyawa yang segar sebanyak 3 lembar, lalu dicuci bersih untuk dimakan sebagai lalapan setiap hari secara teratur setiap kali makan nasi sehari sekali. Bisa juga dijus dan diminum. Pantangan : makanan yang mengandung lemak.
6. Ambeien
Daun sambung nyawa yang segar sebanyak 3 lembar, lalu dicuci bersih untuk di makan sebagai lalapan setiap hari, dan dilakukan secara teratur setiap kali makan nasi sehari sekali. Bisa dijus dan diminum. Pantangan daging kambing dan makanan yang pedas.
7. Kolesterol Tinggi
Daun sambung nyawa yang segar sebanyak 3 lembar, lalu dicuci bersih untuk dimakan sebagai lalapan setiap hari, dan dilakukan secara teratur setiap kali makan nasi sehari sekali. Bisa dijus dan diminum. Pantangan : makanan yang mengandung lemak.
8. Maag
Daun sambung nyawa yang segar sebanyak 3 lembar, lalu di cuci bersih untuk dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur setiap kali makan nasi, sehari sekali. Pantangan: makanan yang pedas dan asam.
9. Kena Bisa Ulat atau Semut Hitam
Daun sambung nyawa yang mentah segar sebanyak 1 lembar, digosok pada bagian tubuh yang gatal hingga daun tersebut mengeluarkan air dan hancur. Dilakukan 2 kali setelah berselang 2 jam (Bangun.A, 2012:354-355).
5. Mengkudu (Morinda citrifolia)

Gambar 2.5 Mengkudu
Sumber: (Bangun. A, 2012:270)
Tumbuhan mengkudu nama latinnya Morinda citrifolia termasuk dalam family tumbuhan rubiceae. Tanaman ini tumbuh di daerah daratan rendah hingga daerah pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut (Bangun. A, 2012:270).
a. Morfologi
Tanaman ini tumbuh di daerah daratan rendah hingga daerah pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Tinggi pohon bisa mencapai 3-8 meter. Memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya adalah buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol, bila sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam. Batangnya bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Sementara daunnya terletak berhadap-hadapan dan ukurannya besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong/lanset, berukuran panjang 15-50 cm dan lebar 5-17 cm. tepi daun rata ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warnanya hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm, ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segitiga lebar (Bangun. A, 2012:270-271).
b. Morfologi
Menurut Mahendra (2005) kedudukan tumbuhan mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiacae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia
c. Tanaman sebagai obat alternatif
Tanaman mengkudu dipercaya dapat digunakan sebagai obat alternative untuk mengobati beberapa penyakit antara lain : disentri, radang usus, melancarkan kencing, batuk karena masuk angin, radang amandel, difteri, limfa bengkak dan nyeri limfa, lidah berdarah, sakit lever, obat perut, sariawan,luka terpukul, eksema, cacing gelang, kencing manis, hipertensi/tekanan darah tinggi, beri-beri, kegemukan, membersihkan darah, kulit kaki terasa kasar, pelembut kulit, cacar air, ketombe, dan sembelit (Bangun. A, 2012:272-274).

d. Cara Pemakaian
Menurut Bangun (2012:272-274), herbal ini digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit diantaranya:
1. Disentri
Kulit batang mengkudu yang kering sebanyak 5 gram, akar mengkudu 5 gram dipotong seperlunya. Semua bahan direbus denga 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring dan diminum.
2. Radang Usus
Dua buah mengkudu yang masak diparut, tambahkan 1 sendok makan madu, lalu diaduk sampai merata dan diperas dengan kain. Air perasan diminun 2 kali sehari.
3. Batuk
Buah mengkudu yang masak sebanyak 2 buah dicuci lalu diparut, tambahkan 3 sendok air masak, 1 sendok air cuka, dan sedikit garam. Diperas dengan kain. Air perasan diminum 3 kali sehari sebanyak 2 sendok makan.
4. Radang Amandel
Siapkan beberapa buah mengkudu yang masak. Parut dan peras airnya. Air perasan ditambah madu secukupnya digunakan untuk kumur-kumur.
5. Sariawan
Buah mengkudu yang masak sebanyak 2 buah dicuci bersih lalu diparut, tambahkan 1 sendok makan air masak dan 1 sendok makan madu murni. Peras dengan sepotong kain, dan air perasan diminum. Lakukan 3 kali sehari.

6. Tekanan Darah Tinggi, Cacar Air, Beri-beri, Kegemukan
Buah mengkudu yang masak sebanyak 2 buah dicuci lalu diparut. Kemudian diperas dan disaring dengan sepotong kain. Air perasan diminum. Lakukan 2-3 kali sehari.
7. Kulit Kaki Terasa Kasar, Pelembut Kulit
Buah mengkudu yang masak digosok ke kulit yang kasar sampai merata. Biarkan kira-kira ½ jam, lalu dibersihkan dengan air hangat. Lakukan setiap hari.
8. Ketombe
Buah mengkudu yang masak dicuci lalu diparut. Tambahkan sedikit air dan di aduk sampai merata. Bubur mengkudu ini dipoleskan dikulit kepala sampai merata. Biarkan hingga mengering baru dibilas dengan air sampai bersih. Lakukan setiap hari.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tanaman obat tumbuh di pekarangan, ada yang tumbuh dengan sendiri, dan ada juga yang tumbuh liar.
Manfaat tanaman obat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sangat penting guna untuk meperoleh kesembuhan jika terserang penyakit. Dan jenis-jenis tanaman yang digunaka untuk pengobatan penyakit diantaranya: antawali, meniran, ciplukan, sambung nyawa, dan mengkudu.
B. Saran
1. Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan tanaman obat sebagai obat alternative keluarga.
2. Bagi masyarakat sebelum memanfaatkan tanaman sebagai obat harus mengetahui tanaman yang memiliki efek samping sehingga tidak terjadi hal yang diinginkan.
3. Bagi masyarakat dan pemerintah agar dapat melestarikan dan membudidayakan tanaman obat.
4. Bagi pemerintah agar dapat mensosialisasikan pemanfaatan tumbuhan obat misalnya dengan pengembangan TOGA agar supaya dapat mendekatkan tanaman obat pada pelayanan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu langkah yang tepat untuk pelestarian tanaman obat.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun. A. 2012. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Penerbit IPH. Bandung.
Lekalete. D. 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Penyakit Cacingan pada Anak Serta Upaya Penanggulangannya dengan Tanaman Obat Tradisional di Desa Lumoli Kecamatan Piru Kabupaten Seram Bagian Barat. Skripsi, Unpatti. Ambon
Hamzari. 2008. Identifikasi Tanaman Obat-Obatan Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo. Jurnal Hutan Dan Masyarakat Vol III, No 2. Universitas Tadulako.
Mahendra. B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rehena. J, Bakarbessy. E, dan Tumbel. F. 2009. Beberapa Jenis Tanaman Obat Dan Penggunaannya Sebagai Anti Malaria. Simbiosis Volume 6. No 2:145-146. Penerbit FKIP MIPA Unpatty. Ambon.
Siwabessy. R. 2009. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat Mengenai Cara Pemanfaatan Dan Pengolahan Tanaman Obat Sebagai Obat-Obatan Alternatif . Skripsi, Unpatti. Ambon
Yatin. W. 2003. Kamus Biologi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta


Tinggalkan komentar